Jumat, 06 Juli 2012

"THE TRUE SPIRIT OF HOW GOD WANTS TO SEE A KING & QUEEN."

Dinasti Nisnoni memerintah dari 1776 atas wilayah Kupang membawahi wilayah Sonbai Kecil. Sebelumnya  Kupang berada di bawah kekuasaan raja-raja daerah orang Helong Kupang, tetapi kemudian mereka memberi daerah ini kepada: Foenay, orang Taebenu, Amabi dan Amarasi, yang berasal dari pedalaman Timor. Sementara dinasti kekaisaran Sonbai menjadi cabang dan menerima sebidang tanah di Kupang.

Karena muncul masalah-masalah dalam dinasti Sonbai dan adanya kebutuhan bagi mereka untuk memiliki seorang wakil yang terbaik di daerah Kupang, di masa Belanda, maka terjadilah pemisahan dengan pemerintahan Sonbai.

Sebelumnya, Timor adalah salah satu kerajaan di bawah satu semi ilahi Maromak Oan (berbasis di Belu, bagian tengah pulau Timor), yang memberikan kekuasaan sub-kerajaan dari Timor Barat untuk saudaranya. Dia kemudian menjabat sebagai seorang Kaisar Timor Penting.

Pada saat Dinasti Sonbai punah, menyebabkan kekuasaan dari pada anggota keluarga dekat dari Kaisar Timor Penting itu diberikan kepada Sonbai, hanya untuk memerintah sebagai Wakil Kaisar saja. Sehingga Alfonso Nisnoni tetap sebagai Raja Timor atas wilayah Kupang, yang memerintah langsung sebagai bagian dari Kerajaan Kaisar Timor di seluruh daratan pulau Timor.

Raja Alfonso Nisnoni beristrikan Adeleide Amalo Djawa, menjabat sebagai Raja Tua Timor. Pada masa perang Jepang, antara tahun 1942 sampai dengan 1945, para anggota dewan majelis raja-raja Timor mengangkat Daniel Adoe sebagai Raja Muda Timor untuk duduk di Sonaf Kupang, karena disaat itu situasi genting dan Raja Tua beserta keluarga terpaksa berlindungi ke Labat Amnesi.
Melindungi diri dari serangan orang Jepang. Mengapa? Karena orang Jepang saat itu datang mencari-cari orang selalu muncul dengan samurai pedang dan hanya tahu langsung main bunuh saja. Di saat itu Belanda lah yang melindungi keluarga-keluarga Raja di Timor.
Kemudian di tahun 1948, Leopold Nisnoni sebagai anak raja dikirim ke Belanda untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan modern. Karena saat itu kondisi politik sedang sulitnya, setelah Proklmasi Indonesia diumumkan keadaan jadi lebih sulit untuk bisa menuntut eksistensi Kerajaan Timor secara politis soal kekayaan Kerajaan Timor.

Leopold Nisnoni kembali ke Indonesia pada tahun 1956, di mana ia mencoba untuk menyelesaikan SMA-nya di sebuah sekolah Belanda di Bandung. Saat itu kondisi sulit karena masih terasa suasana terjadi perang di Indonesia. Saat itu sedang terjadi krisis New Guinea.

Kembali ke pulau Timor pada tahun 1958, Leopold Nisnoni mengalami banyak rintangan dan kesulitan. Beberapa di antara para anggota dinasti Timor, saat itu, melihatnya sebagai sosok yang terlalu banyak dipengaruhi oleh pikiran Belanda. Sementara Belanda sendiri pada waktu itu masih jadi musuh oleh karena krisis New Guinea.

Setelah mengalami kesulitan demi kesulitan, Leopold Nisnoni terus semanat berjuang memulai bangun karirnya. Ia pun bisa mulai sebagai seorang pejabat pemerintah, rajin bekerja dengan dedikasi tinggi dan baik. Semua anak-anaknya pun bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Dia pun mulai bisa membangun di tempatnya, disekitar istana leluhurnya di Bakunase. Ia membangun Sonaf (istana) modern, yaitu Sonaf Kota E Bakunase.

Sekarang Leopold Nisnoni telah pensiun dari pemerintahan namun tetap aktif berdedikasi. Tahun 1999 ketika Raja-Raja dan Sultan di Indonesia diperkenalkan kembali dalam sistem sosial dan politik, termasuk dirinya. Ia juga diminta untuk menjadi seorang politisi dari Partai Kristen Demokrat.
Di masa pensiunnya, ia mengikuti panggilannya lebih jauh pada aktivitas amal. Karena kontak baiknya dengan dunia internasional dengan lembaga dan sarjana ia juga diminta untuk mengatur kelompok belajar untuk untuk mendamaikan pandangan orang Timor tradisional guna menuntut rekonsiliasi pemerintah Indonesia, hak atas tanah wilayah kekuasaan kerajaan rakyat Timor, termasuk sumber daya alam, tanah Timor dan sejenisnya untuk kepentingan rakyat Timor. Ia telah diterima dalam derajat pengakuan dunia internasional.  Termasuk oleh negara Australia dan Timor Leste pun telah memandang dan menaruh hormat  atas usahanya.

Seperti ayahnya Raja Alfons Nisnoni (meninggal 1992), Leopold Nisnoni adalah sosok Raja berjiwa nasionalis sejati. Ia mampu berdiri dengan cara yang tidak fanatik untuk menuntut pemerintah Indonesia suatu rekonsiliasi hak-hak orang Timor atas tanah-dan sumber daya laut. Dengan cara yang tidak fanatik, beliau selalu mengungkapkan keinginannya ini untuk mencapai tujuan mulia bagi orang Timor, rakyatnya ini. Ia juga memiliki hubungan baik dan terhormat dengan saudara-saudaranya rakyat di negara Timor Leste.

Sampai sekarang, Leopold Nisnoni, meskipun tidak terinstal secara resmi sebagai Raja Kupang (Pangkat Liurai Sonbai Kecil adalah anugerah secara otomatis untuk dirinya, setelah kematian ayahnya pada tahun 1992). Mengapa? Karena ada dua alasan. Pertama: Kerajaan Kupang adalah bentuk federasi. Mirip seperti Negeri Sembilan di Malaysia. Kedua: Dinasti Nisnoni yang telah dipilih menjadi Raja, diharapkan secara otomatis, tetapi tidak dipilih secara otomatis ketika Liurai Leopold Isu Nisnoni dipilih sebagai Raja / Usif Pah Kupang.
Ini juga berarti instalasi resmi yang besar. Dimana semua Raja-Raja lain dari Timor Barat dan pulau-pulau sekitarnya harus diundang. Yakni undangan untuk raja-raja pulau Timor dan Fettors dari Taebenu, Foenay, Helong, Kupang, Amarasi, Insana, Amfoang, Malaka, Lamaknen, Beboki, Miomaffo, Amanuban, Amanatun, Mollo, Fatu Leu, Amabi dan mengundang banyak raja-raja di daerah Belu. Tidak lupa semua pejabat pemerintah. Karena reformasi lahan, sebagian besar pendapatan tradisional telah lenyap dari bagian dinasti  Nisnoni, sehingga seperti layaknya suatu instalasi, semuanya itu harus dihitung ulang kepada pemilik aslinya.

Saat ini istilah seorang calon raja di disebut Usif, yang berarti Tuhan. Sebutan ini juga digunakan untuk Raja tanpa instalasi tradisional dan resmi. Upaya ini mungkin itu telah dilakukan mulai tahun 2006. Media di Indonesia telah banyak menghubungi Raja Kupang. Sementara raja-raja lama Kupang lainnya (Helong), telah lama menarik diri setelah 1613 menuju Pulau Semau. Sebelum 1749 mereka sudah secara permanen di pulau itu.

Dengan banyak energi, Raja Kupang telah mencoba untuk membawa  provinsinya ke dunia internasional. Pada tahun 2001 dia selama 3 bulan berada di Belanda. Disana, media Belanda, membuat film tentang dia dalam serangkaian kisah tentang raja-raja masa kini di Indonesia. Satu film dibuat khusus tentang Raja Timor. Film ini sangat populer di Belanda. Hingga jaringan TV memutuskan untuk membuat seri kedua tentang sosok raja-raja di Indonesia.

Pada tahun 2002, Leopold Nisnoni,  Raja Kupang adalah  satu-satunya orang Kristen yang bergelar Raja, yang hadir (dengan Ratu Frederika) dalam pertemuan dua tahunan: Festival Keraton Nusantara III di Tenggarong / Kutai Kartanegara. Pertemuan-pertemuan yang sebelumnya yang terjadi hanya dihadiri oleh raja-raja muslim. Karena ada kontak dengan universitas-universitas di dunia internasional, ia juga bisa berperan dalam membawa raja-raja ke dalam kontak dengan para ulama muslim.

Pada tahun 2004 ia kembali di Festival Keraton Nusantara (FKN) IV di Yogyakarta bersama Ratu Frederika, anaknya Pangeran Don Carlos Nisnoni (arsitek) dan keluarganya, Fettor-Raja Gideon Amabi dari Amabi dan Ratu nya, anggota Mahkamah Kerajaan Kupang, anggota dinasti Kerajaan Fatuleu, anggota dinasti Princely dari Talae (Saudale-dynasty/Rote) dan kelompok budaya provinsi untuk hadir.

Pada tahun 2006 ia menghadiri FKN V di Surakarta dengan delegasi Timor lebih besar. Sebagian besar raja-raja Timor Barat sebenarnya juga ingin menghadiri, tetapi pada tahun itu mereka sedang dalam proses politik lokal dan yang membutuhkan biaya banyak, sehingga mereka lebih suka politik itu. Saat itu hadir juga utusan kerajaan Rote dan lain-lain.

Leopold Nisnoni adalah raja Timor, yang bisa berbahasa Belanda dengan lancar, sehingga sosoknya sangat penting dalam studi tentang dokumen lama sejarah Belanda tentang daerah Timor. Dia juga sering kali diminta oleh pemerintah daerah setempat untuk bicara soal arsip daerah. Sering dimintai saran untuk menerjemahkan dalam proyek sejarah. Saat ini ia juga wakil ketua dewan raja-raja Timor Barat dan sebagai kepala dewan Usif-Usif Timor adalah Raja Insana.
Karena hanya Leopold Nisnoni raja di Timor Barat yang dapat berbicara dengan lancar bahasa Belanda, Inggris dan Perancis, maka banyak kontak yang terjadi dengan pemimpin tradisional, raja dan orang-orang yang jauh, meminta Leopold Nisnoni untuk ditanyai. Termasuk oleh para ahli internasional, ia diminta, untuk menemani mereka selama penelitian mereka di daerah Timor-Flores ( dalam provinsi Nusa Tenggara Timur).

Banyak kontak dibuatnya dengan orang lokalnya selama ia masih sebagai pejabat pemerintah. Selama bekerja di pemerintahan Indonesia,  ia membuat banyak kontak dengan raja-raja lokal, yang sudah difungsikan sebagai pejabat pemerintah di pusat pemerintah provinsi.

Pada tahun 2004 perusahaan penerbitan Andrew Tani Co  menerbitkan pesanan buku dari keluarga perusahaan Sidomuncul di Jakarta, buku yang untuk pertama kalinya dalam sejarah NKRI. Menerbitkan buku foto dalam bahasa Indonesia tentang raja-raja dari timur sampai barat Indonesia, yang ada, dengan judul buku “Indonesia: Negeri Seribu Raja.”

Saat ini Don Leopold Isu Nisnoni, lahir tahun 1936 adalah sosok Raja bersahaja, selain sisi fanatiknya yang khas orang Kupang, beliau memiliki hobi tenis, serta bekerja melakukan proyek-proyek amalnya yakni  membantu orang miskin yang membutuhkan, membangun dan mencoba untuk mendanai pembangunan gereja-gereja baru dan kegiatan kemanusiaan berarti lainnya.

Dia adalah pelindung dari organisasi, yang ingin membantu orang-orang berbakat yang aktif namun miskin dengan pendidikan serta melalui Yayasan Yasap membantu kaum perempuan ibu rumah tangga miskin. Leopold Nisnoni,  Sang Raja Kupang, melihat semua manusia sebagai makhluk indah ciptaan Allah, tidak peduli apa agama mereka.
Ketika terjadi bentrokan pada akhir tahun 1997 antara penduduk lokal Kupang dan kaum pendatang muslim, para raja dan raja-raja lain, pemangku adat dan pejabat gereja pun beraksi. Mereka memutuskan untuk melindungi kaum muslim dari ancaman penderitaan heboh ini.

Istri Leopold Nisnoni adalah Ibu putri raja paling penting, berasal dari pulau Rote terdekat yakni Manek (Raja) Johannis J.M. Amalo.  Ratu bernama: Ratu Frederika Nisnoni-Lino, juga keturunan dari salah satu Maneks dari Termanu (pulau Rote).  
Ratu Frederika telah eksis menegakkan ketrampilan kaum perempuan bersama dengan kaum Ratu dari Amarasi di dekatnya; mengangkat dan mempertahankan ketrampilan tradisi tenun ikat yang sangat indah di daerah Timor.

Semua anak dari Leopold Nisnoni dan Frederika Nisnoni Lino berpendidikan dan memiliki pekerjaan yang baik: Putra Mahkota: Don Alfonsus pernah bekerja di kantor PT.Semen Kupang, putra bungsu Don Carlos adalah seorang arsitek, putri tengah: Donna Ester adalah pengusaha skala kecil, putri tertua Donna Connie pegawai sebuah bank di Jakarta, putri bungsu putri: Donna Adeleida adalah pegawai sebuah bank swasta di Kota Kupang.

Seperti umunya sosok orang Kristen sejati, Raja Kupang Leopold Nisnoni dan Ratu Frederika Nisnoni-Lino, terus rela berkorban sebagian besar dari hidup mreka demi kesejahteraan rakyat, pelestarian budaya lokal dan mempromosikan daerah setempat ke dunia internasional. Bahkan rela hati untuk membantu siapa pun, yang membutuhkan bantuan.
Pada diri mereka, kita bisa melihat semangat yang benar dan kuat tentang bagaimana Allah ingin umatnya melihat sosok Raja & Ratu, yakni sebagai: hamba pertama dari umat-Nya. Pada diri mereka, kita bisa mendapati citra yang baik dan benar dari sosok promotor yang bersemangat dalam berbagai aspek monarki tradisional di jaman modern ini.
(Dari berbagai sumber).

1 komentar:

  1. A very good translation,etc. ,Sir.The writer of trhe article(facebook Donald Tick).I hope to find the contact with the Tanof dynasty later.Thank you.

    BalasHapus